[17 Februari 2018] Persiapan memasuki dunia kerja tidaklah semudah membalikan telapak tangan. Banyak faktor yang harus disiapkan sebelum memasuki dunia kerja profesional. Bila tidak disiapkan sungguh-sungguh, calon alumni bisa terjatuh dalam kebingungan dan kebuntuan dalam proses meniti karir.
Dalam rangka mempersiapkan para mahasiswa filsafat menghadapi dunia kerja pasca kuliah, pada Sabtu 17 Februari 2018, Kantor Urusan Alumni Fakultas Filsafat UGM mengadakan Sharing Session bertajuk “Ngobrol Karir #1: Identifying Your Strength and Qualifications” di Ruang Audio-Visual Fakultas Filsafat UGM.
Tema tersebut diangkat agar mahasiswa dapat mengenali kemampuan yang dimiliki dan bidang apa yang disukai, sehingga diharapkan dua hal tersebut bisa menjadi bekal dalam meniti karir setelah lulus.
Menjadi pembicara pada kegiatan perdana “Ngobrol Karir” tersebut adalah Brigitta Isabella, S.Fil., MA. Alumni Fakultas Filsafat UGM angkatan 2007 ini berbagi pengalaman mengenai kesibukan yang ia tekuni dalam bidang kajian seni dan budaya populer.
Brigitta, yang kini menjadi peneliti di KUNCI Cultural Studies Center, mengungkapkan bahwa suatu pekerjaan bukanlah hanya mengenai bagaimana seorang menjalani rutinitas, seperti berangkat pagi dan pulang sore di tempat kerja, namun juga terkait kontruksi cara berpikir kita dalam memahami konsep “kerja”.
“Ketika masuk UGM, kita tentu ingat, mahasiswa diharapkan bisa menjadi cendekiawan muda. Merespon harapan tersebut, maka pengertian Identifying Your Strength and Qualifications yang menjadi tema pokok kegiatan ini mestilah dimaknai sedikit maju, yakni sejauhmana kemampuan kita berhasil mengidentifikasi posisi kelas kita dalam struktur sosial yang terbentuk hari ini. Setelah itu baru kita bicara kualifikasi apa yang mesti diraih untuk berkontribusi, entah dengan cara mengubah atau memperkuat, struktur sosial yang ada tersebut. Semua tergantung pilihan masing-masing. Dari sini lalu kita bisa mengetahui secara lebih jelas, jenis pekerjaan apa yang cocok bagi kita”, jelas alumni Master in Critical Methodologies di King’s College London tersebut.
Ia kemudian menjelaskan bahwa jenis pekerjaan yang ditekuninya saat ini, yakni sebagai pekerja seni dan kebudayaan, tentu bersifat situasional dan tidak mudah direplikasi sebagai role model bagi orang lain. Karena itu, Brigitta mengajak mahasiswa untuk mendifinisikan makna “kerja” dan memastikan bahwa pilihan pekerjaan yang dipilih kelak bukan karena sebuah paksaan, namun murni bentuk aktualisasi diri yang juga memberi kontribusi secara sosial dan berfaedah bagi komunitas.
Suatu pekerjaan, menurut gadis berusia 29 tahun tersebut, bukanlah melulu soal menghasilkan uang, tetapi bekerja perlu dimaknai sebagai bentuk pengabdian. Karena itu, ia menyarankan supaya karir yang hendak ditekuni oleh alumni filsafat sebaiknya disesuaikan dengan kemauan hati, dan sebisa mungkin membawa dampak positif bagi orang lain.
Sharing session pada siang itu menjadi lebih menarik karena Brigitta mengajak peserta untuk membaca sajak puisi karya WS Rendra berjudul Seonggok Jagung. Dari puisi tersebut, peserta diajak untuk melakukan brainstorming dan refleksi diri tekait karir apa yang akan dipilih oleh setiap peserta di masa yang akan datang.
Dr. Septiana Dwiputri Maharani, Wakil Dekan Bidang Penelitian, Pengabdian, Kerjasama dan Alumni, dalam sambutan pembukaan acara, menyatakan bahwa kegiatan Sharing Session alumni akan intensif diselenggarakan untuk membekali mahasiswa sebagai calon alumni agar memiliki keterampilan (skills) yang baik dan kesiapan mental yang kuat dalam menghadapi dunia kerja setelah menjadi alumni. (Humas Fak. Filsafat)