Pendidikan dalam arti luas, baik formal, in-formal maupun non-formal menjadi media penting bagi upaya menemukan solusi atas persoalan bangsa ini. Perguruan Tinggi mengemban tugas pada lingkup pendidikan formal, untuk mengembangan karakter atau kepribadian mahasiswa. Untuk itu, Perguruan Tinggi menyelenggarakan Mata Kuliah Wajib Kurikulum (MKWK) yang meliputi mata kuliah Agama, Pancasila, dan Kewarganegaraan, serta Bahasa Indonesia. Empat mata kuliah ini memiliki posisi yang strategis dalam pembentukan karakter bangsa karena beberapa alasan. Pertama, sebagaimana amanat UU No 12 tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi, mata kuliah ini bersifat wajib bagi seluruh mahasiswa di Indonesia. Kedua, mata kuliah ini lebih merupakan soft skill yang diharapkan akan memengaruhi paradigma dan cara pandang mahasiswa. MKWK menjadi sangat penting sebagai landasan moral bagi pengembangan ilmu. Ketiga, matakuliah MKWK mengondisikan mahasiswa untuk senantiasa mengetahui, memahami, bahkan “akrab” dengan problem riil masyarakat di sekitarnya, sehingga mahasiswa tidak akan mudah tercerabut dari akar sosialnya, mahasiswa akan senantiasa respect dengan lingkungannya.
Dinamika masyarakat yang sedemikian rupa secara simultan telah menghasilkan generasi dengan karakter yang khas. Proses pembelajaran MKWK dituntut selalu ter-update, sehingga proses pembelajaran MKWK menjadi dinamis dan kontekstual. Pemberian materi pembelajaran yang selalu kontekstual dengan dinamika dan isu aktual, didukung penguasaan metode pembelajaran yang inovatif, kreatif merupakan keniscayaan.
Proses pendidikan secara umum dan khususnya proses pembelajaran karakter melalui MKWK dalam satu tahun terakhir, yakni ketika masa pandemi covid-19, menghadapi tantangan yang relatif berat. Aktivitas pembelajaran berpindah ke ruang-ruang digital. Komunikasi dilakukan lewat dunia maya, intensitas perjumpaan berkurang dan keakraban tidak berjalan sebagaimana mestinya. Perlu penyesuaian baik dalam aspek substansi maupun metode agar proses pembelajaran berlangsung menarik dan efektif.
Ancaman pandemi Covid 19 nyata adanya dan tidak dapat diabaikan. Data banyaknya korban menjadi bukti betapa bahayanya pandemic covid 19. Dibutuhkan penanganan secara serius untuk mencegah pandemi yang berkepanjangan dan bertambahnya korban. Kepanikan tidak seharusnya muncul dalam situasi ini. Kepanikan hanya akan memunculkan sikap dan hal-hal yang kontra produktif. Yang dibutuhkan adalah pribadi dengan karakter Pancasila; memiliki mental-spiritual tangguh, kepekaan kemanusiaan dan cinta sesama, daya kritis-kreatif-inovatif, semangat pengabdian, semangat kebersamaan, toleransi, solidaritas, serta memiliki tanggungjawab sosial yang baik,. Kondisi pandemi, disatu sisi membuktikan bahwa pendidikan karakter akan selalu dibutuhkan, dan sekaligus menjadi wahana “ekstrim” bagi berlangsungnya pendidikan karakter. Di sisi lain, memunculkan hambatan dan tantangan tersendiri dalam proses pendidikan karakter. Berbagai kendala muncul dalam proses pendidikan karakter di tengah situasi pandemi, mulai kendala teknis, kendala koordinatif, kendala metodis, hinga kendala yang lebih substantif berkenaan dengan pemahaman dan cara penyikapan. Dalam kondisi apapun, pendidikan karakter –nampaknya– harus tetap dilaksanakan dengan senantiasa dikontekstualisasikan dengan situasi dan perubahan jaman.
Narasumber:
- Prof. Ir. Nizam, M.Sc., DIC, Ph.D. (Direktur Jenderal Pendidikan Tinggi Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI)
- Prof. dr. Ova Emilia, M.Med.Ed., SpOG(K)., PhD (Dekan Fak. Kedokteran Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM)
Moderator : Prof. Drs. M. Mukhtasar Syamsuddin, M.Hum., Ph.D. of Arts.
Tautan :
- Tautan Webex: http://ugm.id/webexsgmkwk
Event number : 184 609 9795
Event password: daring10mkwu
- TautanYoutube: http://ugm.id/studiumgeneralemkwk
Hari, Tanggal : Sabtu, 10 April 2021 | 12:00-15:00 WIB