Dengan mengusung tajuk “Humanizing Technology”, berbagai kegiatan mahasiswa Fakultas Filsafat yang tergabung dalam Forum Komunikasi (FORKOM) Mahasiswa Fakultas Filsafat turut memeriahkan Dies Natalis Fakultas Filsafat ke-55 melalui rangkaian acara Philoweeks yang digelar hingga satu bulan ke depan. Rangkaian Philoweeks ini secara resmi telah dibuka oleh Rangga Kala Mahaswa selaku Ketua Panitia Dies Natalis Fakultas Filsafat ke-55 pada Sabtu, (13/8).
Pembukaan Philoweeks tahun ini, diiringi oleh diskusi dari Lingkar Studi Filsafat (LSF) Cogito yang digelar secara daring melalui platform Google Meet. Diskusi ini dipantik oleh Taufiqurrahman dan dimoderatori oleh salah satu mahasiswa Fakultas Filsafat UGM, Romdhoni Afif Nasrullah. Dengan mengangkat tajuk “Akankah Teknologi Merajai Manusia”, LSF Cogito membahas perihal ‘kemungkinan’ yang hadir ketika kehidupan manusia semakin lama bergantung kepada teknologi.
Taufiq memantik diskusi ini deskripsi mengenai “Apa itu kecerdasan buatan (AI)” “Akankah teknologi merajai manusia?”. Dalam hal ini, Taufiq menggunakan tiga pendekatan, yaitu Pemodelan Kognitif yang mengisyaratkan pengetahuan memadai mengenai sistem kognitif manusia dan stimulasinya dalam mesin yang berfikir, Tes Turing, dan Hukum Pikiran yang menyebut entitas cerdas jika dan hanya jika ia mampu berpikir sesuai dengan hukum-hukum logika. Lebih lanjut, Taufiq juga menjelaskan mengenai kemungkinan logis dan kemungkinan nomologis perihal AI mengungguli manusia.
Di akhir diskusi, Taufiq mengungkapkan bahwa jika dengan membuat komputer digital sebagai sistem pengganti otak dan program komputer sebagai sistem pengganti pikiran, kita tidak bisa menciptakan AI yang menyamai manusia. Kemudian, bagaimana dengan membuat mesin yang memiliki daya kausal persis seperti manusia?
Taufiq menutup pendiskusian dengan pertanyaan, “Bisakah kita menciptakan mesin semacam itu–mesin yang menduplikasi otak manusia? Jika bisa, apa kira-kira implikasi metafisik, epistemologis, dan etis dari lahirnya mesin seperti itu?