Pada tanggal 23-24 Agustus 2023, UNESCO—bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada—mengadakan Ethics Teachers Training Course (Kuliah Pelatihan Guru Etika) yang bertujuan untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para guru terkait etika kecerdasan buatan (AI).
Sebanyak 30 peserta dari beragam latar belakang studi dan universitas hadir di Fakultas Filsafat UGM untuk membangun kapasitas para dosen profesional dalam bidang etika AI, menuju teknologi AI yang bertanggung jawab dan inklusif untuk masa depan.
Kuliah diisi dengan mengenalkan pandangan global terhadap pengajaran etika yang mencakup tren, hambatan, peluang, metode pengajaran, aspek psikologis, dan penerapan filsafat etika kecerdasan buatan (AI) dalam kerangka Pancasila di Indonesia. Tak hanya itu, dalam bagian ini disampaikan Rekomendasi UNESCO tentang Etika Kecerdasan Buatan yang resmi dirilis pada November 2021 dan diadopsi oleh 193 Negara Anggota, termasuk Indonesia.
Pejabat Proyek Asosiasi untuk Ilmu Sosial dan Humaniora UNESCO Jakarta, Meyda Nento, mengatakan bahwa “Peran unik UNESCO dalam mendorong pendekatan etis yang berpusat pada manusia terhadap AI didasarkan pada mandat ilmiah, pendidikan, dan budaya. Nilai dan prinsip yang ditekankan dalam Rekomendasi tersebut sangat sejalan dengan ideologi Pancasila di Indonesia.”
Mendukung hal tersebut, Dr. Siti Murtiningsih, Dekan Fakultas Filsafat, Universitas Gadjah Mada berpendapat bahwa “Guru dan dosen memiliki tanggung jawab besar untuk mendidik generasi muda, terutama untuk menyambut generasi emas Indonesia 2045. Inisiatif Kuliah Pelatihan Guru Etika dengan UNESCO adalah bagian dari upaya literasi yang melibatkan berbagai pihak demi kebaikan bersama dalam adopsi dan pengembangan AI.” Ucap , Ia juga menegaskan bahwa Fakultas Filsafat akan melanjutkan kemitraan ini dengan visi menjadikan nilai-nilai kemanusiaan sebagai prioritas.”
Focus group discussions (FGD) dan simulasi pengajaran dilakukan dengan menyoroti studi kasus tematis dan pendekatan pengajaran inovatif. Kegiatan ini diharapkan dapat mendorong pertukaran pandangan dan pelajaran yang diperoleh dalam berbagai bidang, termasuk pendidikan dan penelitian, kesehatan dan kesejahteraan sosial, pelestarian satwa liar, kebijakan data, pembangunan, dan kerjasama internasional.
“Kita membutuhkan pendekatan etika AI yang lebih komprehensi, seimbang, dan inklusif. Simulasi pengajaran kelompok kami berfokus pada cara menciptakan lingkungan pengajaran yang lebih inklusif bagi para siswa, sehingga mereka bisa sadar akan masalah-masalah tersebut dan menerapkan etika dalam menggunakan AI untuk mencegah penyalahgunaan AI dalam proses pengajaran dan pembelajaran.” Ucap FX Risang Baskara, PhD, Universitas Sanata Dharma yang setuju dengan program ini.
Taufiqurrahman dosen Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada memberikan padangannya bahwa penting untuk mengetahui landasan etis terkait penggunaan AI seperti Chat GPT.
“Saat mengajar metafisika ilmu pengetahuan, sangat penting untuk memikirkan cara menggunakan sistem AI generatif seperti Chat GPT secara etis, dan bagaimana berkomunikasi tentang dilema etika dengan para siswa, untuk menghindari bias dan konten yang tidak akurat.”
Sementara itu, Dr. Riris Istighfari Jenie, M.Si. Apt, Fakultas Farmasi, Universitas Gadjah Mada, berharap dengan diadakan kuliah ini, ia dapat mengajar dengan lebih antisipasi dan mencegah pelanggaran etis terkait AI, sesuai dengan standar internasional
“Saya mengajar cara menulis proposal penelitian secara etis kepada siswa dari berbagai daerah di Indonesia, dan terdapat kesenjangan dalam literasi digital dan pengetahuan perkembangan AI. Dengan kuliah ini, saya berharap dapat mengajar dengan lebih antisipasi dan pencegahan, sesuai dengan standar internasional. Ide-ide asli yang berasal dari karya intelektual kita lebih penting daripada hasil yang dihasilkan oleh AI.”
Acara ini adalah proyek percontohan untuk etika AI dalam kerangka Kuliah Pelatihan Guru Etika (ETTC) yang bertujuan untuk memperkuat pendidikan etika dalam berbagai bidang akademis seperti bioetika, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Kedepanya, UNESCO akan membangun hasil-hasil acara ini untuk lebih menginisiasi dan memperkuat kolaborasi dalam etika AI.
(Versi English: https://articles.unesco.org/en/articles/unesco-trains-indonesian-teachers-ai-ethics)