
Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan Rapat Senat Terbuka sebagai puncak peringatan Dies Natalis ke-58 yang berlangsung khidmat di hadapan sivitas akademika, alumni, dan tamu undangan. Acara ini diawali dengan laporan dekan yang disampaikan oleh Prof. Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.S., M.Hum., dilanjutkan dengan pidato ilmiah oleh Dr. Sonjoruri Budiani Trisakti, serta prosesi penghargaan bagi dosen purnatugas dan penyerahan piala kepada para pemenang Philosophy English Competition (PEC) 2025.
Dalam laporannya, dekan menegaskan bahwa perjalanan panjang Fakultas Filsafat merupakan warisan yang sarat makna. Ia mengisahkan bahwa fakultas ini lahir dari semangat awal pendirian Universitas Gadjah Mada, yang ditandai dengan berdirinya Faculteit Sastra, Pedagogik, dan Filsafat. Sejak diresmikan pada 23 Januari 1951, fakultas ini terus mengalami pasang surut hingga akhirnya, pada tanggal 18 Agustus 1967 secara resmi berdiri sebagai Fakultas Filsafat.
“Momen inilah yang kita kenang dan rayakan sebagai fase semangat baru, penanda keteguhan dan daya juang yang tak pernah surut,” ungkapnya.
Lebih lanjut, dekan menjelaskan bahwa Dies Natalis tahun ini mengusung tema “Open Science: Democratizing Knowledge, Empowering the Marginalized.” Tema ini, menurutnya, bukan sekadar wacana akademik, tetapi juga panggilan etik dan praksis.
Ia menekankan bahwa ilmu pengetahuan harus semakin terbuka, inklusif, dan berkeadilan, dengan dua agenda besar yang sangat dekat dengan jiwa filsafat, yaitu demokratisasi ilmu pengetahuan dan pemberdayaan kelompok yang terpinggirkan. Semangat tersebut sejalan dengan upaya mewujudkan keadilan epistemik serta menjadikan ilmu sebagai alat pembebasan, pemberdayaan, dan transformasi sosial.
Setelah laporan dekan, acara dilanjutkan dengan pidato ilmiah dari Dr. Sonjoruri Budiani Trisakti yang berjudul “Sains Terbuka dan Kebenaran Ilmiah”. Ia berbicara mengenai gerakan Open Science (OS) sebagai upaya global untuk mendemokratisasi pengetahuan, meningkatkan transparansi, serta memberdayakan kelompok yang terpinggirkan melalui keterbukaan akses penelitian, data, hingga keterlibatan masyarakat. Namun, ia juga mengingatkan bahwa klaim kebenaran ilmiah harus dikawal dengan etika dan kejujuran, sebab sains tidak sepenuhnya bebas dari paradigma dan konsensus komunitas ilmiah sebagaimana dipaparkan Thomas Kuhn.
Rapat Senat Terbuka juga menjadi momentum penyerahan piala kepada para pemenang Philosophy English Competition (PEC) 2025. Kompetisi ini menjadi ajang bagi pelajar dan mahasiswa untuk mengasah nalar kritis, keterampilan komunikasi, serta kecintaan terhadap filsafat.
Dengan terselenggaranya Rapat Senat Terbuka Dies Natalis ke-58 ini, Fakultas Filsafat UGM meneguhkan kembali dedikasinya dalam menjaga tradisi akademik, mengembangkan ilmu pengetahuan yang membebaskan, serta memperkokoh komitmennya untuk senantiasa berpihak pada kemanusiaan.