Sapiens, biro kegiatan mahasiswa Fakultas Filsafat Universitas Gadjah Mada, sukses menggelar acara bertajuk Ode untuk Karsa di IFI-LIP Yogyakarta beberapa waktu lalu. Acara ini menghadirkan ruang kreatif yang menggabungkan seni, budaya, dan inklusivitas, dengan melibatkan mahasiswa, Teman Tuli, dan masyarakat umum. Ode untuk Karsa dirancang untuk menjadi perayaan kebersamaan melalui tiga program utama: Lukis Layang-Layang, Workshop Bahasa Isyarat, dan pertunjukan teater kolaboratif berjudul Sukmaku Rawagede.
Lukis Layang-Layang mengundang para peserta untuk mengeksplorasi kreativitas mereka sambil mengenang kembali tradisi masa kecil. Layang-layang bukan sekadar permainan tradisional, tetapi juga simbol kebahagiaan sederhana yang melekat pada akar budaya. Dalam kegiatan ini, peserta diajak menghidupkan kembali momen-momen penuh keceriaan, bebas dari hiruk-pikuk dan tekanan kehidupan modern. Dengan cat dan kuas, setiap orang bebas mengekspresikan diri mereka pada media layang-layang, menciptakan pengalaman yang tidak hanya menyenangkan, tetapi juga penuh makna nostalgia.
Di sisi lain, Workshop Bahasa Isyarat menawarkan pengalaman mendalam tentang pentingnya membangun inklusivitas sosial. Bahasa isyarat, sebagai bagian dari budaya Teman Tuli, sering kali kurang mendapatkan perhatian yang layak. Dalam workshop ini, peserta diajak memahami bagaimana bahasa isyarat berfungsi sebagai media komunikasi yang kaya dan bermakna. Workshop ini menjadi ruang untuk mengurangi kesenjangan linguistik yang dihadapi komunitas Tuli, sekaligus mengajarkan kepada masyarakat umum pentingnya menghormati dan mendukung hak-hak mereka. “Kami berharap masyarakat dapat lebih memahami dan menghargai keberadaan komunitas Tuli sebagai bagian dari kekayaan sosial kita,” ujar salah satu penyelenggara.
Sebagai puncak acara, teater Sukmaku Rawagede tampil dengan narasi yang penuh emosi dan refleksi. Pertunjukan ini mengangkat tragedi Rawagede, salah satu peristiwa kelam dalam sejarah Indonesia, yang mengingatkan kita akan harga mahal dari perjuangan kemerdekaan. Melalui akting yang menggugah dan pengisahan yang mendalam, teater ini mengajak penonton untuk mengenang para pahlawan bangsa sekaligus menyadari pentingnya melestarikan ingatan sejarah. Semangat Jangan Sekali-kali Melupakan Sejarah atau JAS MERAH menjadi landasan kuat yang membawa pesan pertunjukan ini melampaui sekadar hiburan, menuju sebuah renungan kolektif tentang makna perjuangan.
Acara ini tidak hanya menawarkan pengalaman estetis dan intelektual, tetapi juga menjadi bukti nyata komitmen Sapiens dan Retorika untuk menciptakan ruang seni yang inklusif. Dengan semangat keterbukaan, mereka memastikan bahwa siapa pun, tanpa terkecuali, dapat menikmati dan berpartisipasi dalam seni. Ode untuk Karsa menjadi bukti bahwa seni adalah medium yang mampu menyatukan berbagai latar belakang, menciptakan dialog, dan merayakan keberagaman dengan cara yang penuh makna. Melalui acara ini, Fakultas Filsafat UGM terus menegaskan perannya sebagai penggerak perubahan, yang tidak hanya berkontribusi pada pengembangan ilmu pengetahuan, tetapi juga pada pembentukan masyarakat yang lebih inklusif dan humanis.