Festival Karawitan digelar pada tanggal 20-21 Juli 2024 sebagai bagian dari rangkaian peringatan Dies Natalis ke-57 Fakultas Filsafat, diikuti 47 kelompok karawitan yang berasal dari unit kerja di lingkungan UGM serta berbagai komunitas di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). Festival Karawitan diselenggarakan bersamaan dengan pameran batik dan jajanan nusantara, yang melibatkan dua puluh kelompok usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Melalui festival ini kita tidak hanya sekadar merayakan perjalanan panjang Fakultas Filsafat yang pada tahun ini genap berusia 57 tahun. Acara ini menjadi titik simpul bertemunya seluruh unsur masyarakat, tidak hanya UGM tetapi juga lingkungan sekitarnya,” tutur Dekan Fakultas Filsafat, Dr. Rr. Siti Murtiningsih, S.S., M.Hum., dalam acara pembukaan Festival Karawitan, Sabtu (20/7).
Murti menerangkan, seni karawitan dengan keindahan dan keunikannya mengajarkan manusia tentang adanya harmoni, kesabaran, dan ketekunan. Oleh karena itu, festival karawitan tidak hanya menjadi wadah untuk menikmati dan melestarikan seni musik tradisional tetapi juga momentum untuk merefleksikan nilai filosofis yang terkandung dalam setiap nada dan irama.
Dalam sambutannya, ia menyampaikan apresiasi kepada seluruh peserta yang dengan antusias turut meramaikan festival, serta berbagai pihak yang terus mendukung keberlanjutan festival ini.
“Betapa luar biasa keinginan untuk bisa saling bersilaturahmi dan mengikatkan diri melalui seni dan budaya karawitan. Mari kita nikmati setiap alunan musik yang ditampilkan dengan penuh rasa syukur dan kebanggaan. Semoga Festival Karawitan dapat memberikan inspirasi dan selalu bisa memperkaya wawasan kita semua,” ucapnya.
Ketua Panitia Pelaksana Festival Karawitan, Dr. Sartini, M.Hum., mengungkapkan bahwa ini merupakan gelaran Festival Karawitan yang keenam sejak pertama kali diinisiasi pada tahun 2017 lalu.
Setelah sempat vakum pada tahun 2020 dan 2021 akibat pandemi Covid-19, Festival Karawitan mulai digelar kembali pada tahun 2022 dengan 24 kelompok, dengan animo yang terus meningkat hingga pada tahun ini mencapai 47 kelompok yang terdaftar sebagai peserta.
“Acara ini berawal dari kegelisahan orang-orang yang suka gamelan. Di lingkungan UGM banyak orang berlatih gamelan tetapi tidak ada ruang untuk pentas,” terangnya.
Meski berawal dari komunitas gamelan di lingkungan UGM, festival ini mampu menarik minat komunitas di luar UGM untuk turut berpartisipasi. Kelompok karawitan yang berpartisipasi pada tahun ini di antaranya berasal dari Universitas Negeri Yogyakarta, Sekretariat Daerah (Sekda) DIY, Kejaksaan Tinggi DIY, serta berbagai komunitas lainnya. “Dari UGM sendiri ada mahasiswa, dosen, tenaga kependidikan, alumni, dan dharma wanita,” lanjutnya.
Ia berharap festival ini dapat diselenggarakan kembali pada tahun-tahun yang akan datang, karena gamelan oleh banyak kajian disebut mengandung banyak nilai serta dapat menjadi media pengembangan karakter. “Yang jelas juga membahagiakan, ini bisa dilihat dari antusiasme para peserta sejak mengikuti gladi bersih kemarin hingga saat tampil hari ini. Harapannya tahun depan peserta lebih meluas, dan lebih banyak dari kalangan anak muda,” kata Sartini.